“Bajong Banyu’, Tradisi Saling Lempar Air Jelang Bulan Suci Ramadan
By Admin
nusakini.com, – Ratusan warga Dusun Dawung Desa Banjarnegoro Kecamatan Mertoyudan Kabupaten Magelang menggelar tradisi ‘Bajong Banyu’ atau saling lempar air di desa setempat, Minggu (23/2/2025). Tradisi ini bertujuan untuk menyucikan diri menyambut datangnya bulan Ramadan.
Aksi saling lempar air ini didominasi anak-anak kecil. Mereka bersuka ria saling lempar air yang lebih dahulu dimasukkan dalam plastik. Begitu mendapat aba-aba, air dalam plastik langsung dilempar secara sembarangan namun masih di area yang sudah ditentukan. Wajah-wajah ceria tergambar dari raut wajah mereka. Mereka sangat antusias mengejar temannya yang bajunya belum basah. Orang dewasa dan orang tua hanya melihat tradisi ini dari tempat yang tidak terjangkau lemparan air.
Sebelum aksi saling lempar air, mereka terlebih dahulu melaksanakan ritual doa dipimpin sesepuh setempat. Diiringi gending-gending Jawa, warga membawa kendi menuju ke sendang dawung yang berada di desa setempat, sekitar 100 meter dari lokasi acara.
Mereka kemudian memasukkan air dari sendang kendi dan dikirab kembali menuju lapangan, untuk dituangkan dalam wadah atau gentong. Setelah didoakan, air kemudian disiramkan ke warga yang sudah menunggu untuk selanjutnya aksi saling lempar air.
Air dari sendang ini dianggap suci karena tidak pernah kering. Itu sebabnya, warga sangat menjaga kelestarian dari sendang ini.
Kepala Desa Banjarnegoro, Mohammad Mustokhi mengatakan, Bajong Banyu sudah dijadikan agenda tahunan yang masuk calender event di Kabupaten Magelang. Bajong Banyu ini merupakan rangkaian acara menghadapi bulan Ramadan.
“Kami berharap kegiatan Bajong Banyu yang merupakan event tahunan menjadi ikon yang kita banggakan, khususnya di wilayah Banjarnegoro. Kesenian selalu eksis untuk menampilkan kesenian dan kreasi yang lebih baik supaya menghibur,” ujarnya.
Ketua Karang Taruna Dusun Dawung, Gepeng Nugroho, yang ditemui di sela-sela kegiatan mengatakan, Bajong Banyu adalah tradisi yang dilakukan setiap menjelang bulan Ramadan.
“Tradisi ini merupakan wujud syukur dari warga atas kelimpahan rezeki yang diberikan Allah SWT. Sepanjang tahun warga tidak pernah mengalami kekeringan. Sendang ini bisa dikatakan sebagai sumber kehidupan warga,” ujarnya.
Sebagai wujud terima kasih, warga kemudian menanam pohon pule di dekat sendang. Dipilihnya pohon pule karena selain berguna untuk pengobatan, juga untuk kerajinan bila sudah tumbuh besar. Selain itu pohon pule baik untuk penghijauan.
Pohon lain yang ditanam adalah kedawung sebagai silsilah dari nama Desa Dawung. Pohon dawung merupakan pohon langka dan biasanya digunakan untuk pengobatan dari biji dan daunnya. (*)